Mengungkap Rahasia Memotret Malam Hari
Ketika mentari berhenti
memancarkan sinarnya yang terik di siang hari, langit sedikit demi sedikit
berubah dan langit yang muram dihujani dengan semburat warna yang indah dan
sungguh menakjubkan. Kemudian satu demi satu lampu mulai menyala untuk menandai
datangnya malam, menciptakan pemandangan yang sama sekali berbeda dengan kala
siang hari.
Dari waktu ke waktu, kami
bertanya-tanya tentang cara bagaimana para fotografer profesional dapat
memotret pemandangan malam yang luar biasa. Berikut ini, Anda dapat menemukan
beberapa rahasianya.
Apa bedanya memotret di malam
hari? Saat membawa kamera dan menuju ke luar rumah setelah matahari terbenam,
kami berusaha membidikkan kamera ke lingkungan sekitar ke arah cahaya yang
terang di antara bayangan malam yang gelap. Namun sayangnya dan juga seperti
dugaan kami hasilnya justru tidak gemerlap.
Dan tidak seperti foto yang
diambil pada siang hari dengan cahaya yang terang, terdapat banyak penghalang
yang tidak terlihat saat berusaha memotret di malam hari.
Jumlah cahaya yang menyinari
latar belakang, kontras yang tinggi antara area yang disinari cahaya dan yang
gelap, memerlukan pencahayaan yang lama, gangguan, dan selain itu campuran
antara berbagai cahaya yang tidak diharapkan dari berbagai sumber cahaya dengan
warna yang belum pernah Anda lihat, serta objek yang berguncang dan tidak
fokus. Ya, ada berbagai masalah yang harus disiasati untuk mendapatkan foto
yang bagus di malam hari.
Namun, di mana ada kemauan, pasti ada jalan. Selain
itu, daripada menganggap masalah tersebut sebagai penghalang, mungkin kita
dapat memanfaatkannya. Dengan cara ini, kita dapat menciptakan foto foto dengan
suasana dan lingkungan di malam hari yang berbeda dan khas. Mari kita mempelajari
tips dari anggota "Night View," sebuah klub spesialis untuk foto
suasana malam.
Astrofotografi
■Ditulis
dan dipotret oleh Jaehong Chung (Nama pena: pimpman)
Meskipun astrofotografi adalah
bidang fotografi khusus, namun dapat dianggap sebagai sub-bagian dari fotografi
pemandangan malam karena sebagian besar foto diambil di malam hari. Namun, juga
ada astrofoto yang diambil di siang hari, seperti matahari atau bulan yang
dipotret di pagi hari. Pertama, ada dua jenis utama teknik astrofotografi -
dengan menggunakan tripod dan fotografi berpanduan.
Singkatnya, teknik fotografi
berpanduan yaitu memotret gugusan bintang, nebula, planet atau Messier sebagai
objeknya dengan cara memantau objek dengan seksama menggunakan pencahayaan yang
lama. Ini disebut dengan metode kuda mainan. Yang kedua, teleskop dan kamera
dapat digunakan untuk memotret (fokus utama atau metode tidak langsung). Yang
terakhir, foto juga dapat dipotret menggunakan teleskop ekuatorial atau
teleskop astronomi dan bukan menggunakan kamera biasa. Fotografi berpanduan
adalah bidang yang kurang dikenal oleh masyarakat. Jadi mari kita fokus pada
fotografi menggunakan tripod.
Metode fotografi menggunakan
tripod yaitu memasang kamera ke tripod untuk memotret dengan objek yang ada di
langit. Untuk teknik tripod, terdapat metode fokus tetap dan metode gerakan
diurnal. Karena bumi berrotasi, bintang-bintang dianggap melayang dan bergerak
di langit. Karena bumi berrotasi 360 derajat dalam waktu satu hari, maka
dianggap bergerak 15 derajat per jam. Oleh karena itu, menurut perspektif kami,
bintang-bintang di malam hari juga bergerak 15 derajat per jam dengan arah
berlawanan. Metode fokus tetap menggunakan pencahayaan yang singkat untuk
memotret bintang yang lebih cenderung terlihat seperti titik dan bukan sorotan
cahaya yang berekor. Foto sejumlah bintang dan konstelasi, dan bahkan Galaksi
Bima Sakti, dapat dipotret menggunakan metode ini.
Misalnya Anda menggunakan kamera
35 mm, kamera yang dilengkapi dengan lensa standar 50 mm dapat memotret bintang
yang bertahan selama 15 detik (dengan deklinasi 0 derajat). Semakin lebar lensa
Anda, semakin luas sudut tampilannya, sehingga waktu pencahayaan yang
diperlukan lebih lama. Sebaliknya, semakin tinggi kekuatan lensa telefoto yang
digunakan, semakin kecil sudut tampilannya, sehingga waktu pencahayaan yang
diperlukan lebih singkat.
Metode gerakan diurnal
menggunakan pencahayaan yang lama untuk memotret bintang berekor. Jika
menggunakan metode ini, sebaiknya Anda menyertakan lanskap seperti gedung,
pegunungan, pemandangan latar belakang dan lain sebagainya di dalam foto, dan
tidak hanya memotret bintang saja. Foto yang bagus juga tergantung pada arah
ekor bintang, kecepatan dan faktor lain yang harus diperhatikan.
Bintang-bintang di belahan bumi utara berputar berlawanan dengan arah putaran
jarum jam, dari timur ke barat dengan Bintang Timur sebagai pusatnya. Semakin
dekat rotasinya ke arah Bintang Timur, akan terlihat semakin pelan, dan
sebaliknya - semakin jauh letaknya dari pusat, rotasinya terlihat semakin
cepat. Saat memotret astrofoto, Anda juga dapat mempelajari tentang berbagai
konstelasi dan mengagumi langit di waktu malam. Pasti juga menyenangkan jika
dapat memotret komet atau meteor (bintang jatuh) menggunakan metode gerakan
diurnal.
①Metode fotografi: metode gerakan diurnal
Tanggal: 31 Jan 2008
Lokasi: Naksan Park di Seoul Daehakro
Waktu: 20:20 hingga 22:40
(Total waktu pencahayaan foto: 2 jam, 20 menit)
Lensa yang digunakan: Pentax SMC DA FISHEYE 10-17
# total potongan: 254 foto dengan pencahayaan interval 30
detik (digunakan komposit Photoshop)
Aksesoris: tripod dan alat pencatat waktu
②Metode fotografi: metode gerakan diurnal
Tanggal: 02 Feb 2008
Lokasi: atap gedung Koresco Condominium (cabang Chiaksan) di
Hoengseong-gun, Gangwon-do
Waktu: 19:17:00 hingga 23:40
(Total waktu pencahayaan foto: 2 jam, 6 menit)
Lensa yang digunakan: Pentax SMC DA FISHEYE 10-17
# total potongan: 228 foto dengan pencahayaan interval 30
detik (digunakan komposit Photoshop)
Aksesoris: tripod dan alat pencatat waktu
Foto ini menampilkan International Space Station (ISS)
sedang melintas.
③Metode fotografi: metode fokus tetap
Tanggal: 05 Mei 2008
Lokasi: Anmyondo, Taean
Lensa yang digunakan: Pentax SMC DA FISHEYE 10-17
Aksesoris: tripod
Saya belum pernah melihat Bima Sakti seindah dan sedetil
ini.
Foto-foto di atas dipotret
menggunakan kamera film 35 mm dan tentu saja, hasilnya bervariasi tergantung
pada jenis lensa, ISO dan faktor lainnya. Juga diasumsikan bahwa Anda memotret
di lingkungan pegunungan, pedesaan, pantai atau gurun di mana polusi cahaya
tidak terlalu parah seperti di lingkungan perkotaan.
Di kota besar seperti Seoul, di
mana polusi cahaya sungguh sangat parah, masih dapat menggunakan metode fokus
tetap pada beberapa kondisi. Namun, akan sulit memotret konstelasi Bima Sakti
karena bintang-bintang jarang terlihat. Anda dapat memotret bulan atau matahari
menggunakan metode gerakan diurnal dengan kamera film biasa. Namun, memotret
bintang menggunakan metode ini juga akan sulit karena banyak polusi cahaya.
Jika menggunakan kamera film,
Anda harus mengembangkan dan mencetak (memindai) film. Seringkali, studio foto
tidak mencetak atau memindai film, karena menganggap bahwa tidak ada apa-apa di
dalam film. Oleh karena itu, sebaiknya Anda memberitahu bahwa gambar tersebut
adalah astrofoto saat mengambil film untuk diproses.
Jika menggunakan kamera digital
(DSLR), Anda dapat memotret beberapa foto bintang menggunakan interval yang
sesuai kemudian menggabungkannya menjadi satu foto dengan bintang-bintang yang
berderet menjadi lebih banyak atau lebih sedikit.
Pertama, gunakan lensa bersudut
lebar untuk menyertakan sebanyak mungkin bintang dan pertimbangkan komposisi
jendela bidik untuk menciptakan harmoni dengan pemandangan latar belakang.
Untuk nilai bukaan, gunakan kecepatan rana 30-60 detik dengan kisaran yang
benar guna mencegah pencahayaan yang terlalu terang. Kemudian Anda dapat
memotret secara berangkai sesuai waktu yang diinginkan. Untuk pengaturan
kamera, gunakan mode manual untuk mode foto; gunakan fokus manual (tanpa batas)
untuk pengaturan fokus; tetapkan reduksi gangguan ke OFF; pilih kecepatan ISO
yang rendah; dan terakhir setel imbangan putih sesuai yang dibutuhkan. Kemudian
Anda dapat memotret menggunakan tripod dan melepaskan kabel atau pencatat
waktu. Anda memerlukan baterai yang telah diisi daya hingga penuh.
Langkah berikutnya adalah
mengimpor file foto yang diambil dengan kamera digital (DSLR) ke Photoshop dan
melakukan komposisi layer. Pertama, pilih foto yang akan menjadi foto utama
sebelum membuka file foto satu per satu dengan urutan yang benar dan membuatnya
tumpang tindih pada titik yang sama dengan foto utama. Saat menumpang tindihkan
kedua foto, akan terbentuk layer lain di layer palette, dan hasilnya, Anda akan
melihat dua layer. Akan ditampilkan jendela kecil berwarna putih di jendela
layer palette tersebut. Mode penggabungan layer memungkinkan Anda memilih
metode penggabungan untuk layer atas maupun bawah. Pilih "Lighten"
yang berarti di tengah.
"Lighten" memungkinkan
area yang terang pada layer tersebut lebih ditonjolkan sehingga ekor bintang
tidak tumpang tindih, namun ditampilkan sebagaimana aslinya. Selama Anda
mengedit layer dengan cara ini, ekor bintang akan terlihat semakin jelas dan
pada akhirnya akan terlihat dalam satu gambar.
Tips fotografi: Selama musim
dingin, kamera atau lensa dapat membeku atau mengembun. Anda dapat menutup
lensa dengan kemasan pemanas untuk mencegah pembekuan.
Festival Malam yang
Menakjubkan
Kembang Api
■Ditulis
dan dipotret oleh Jungdae Kim (Nama pena: danny)
Peralatan utama untuk memotret
kembang api adalah kamera DSLR yang dilengkapi dengan mode bulb, lensa zoom,
tripod, kabel pelepas, dan papan atau topi hitam. Karena kita tidak mengetahui
lokasi di mana tepatnya kembang api akan meletus, sebaiknya Anda menggunakan
lensa zoom bersudut lebar danbukan lensa primer untuk mendapatkan komposisi
layar yang fleksibel. Karena kembang api bisa saja sangat besar dan meletus di
ketinggian tertentu dan meleset dari perkiraan, Anda harus menggunakan lensa
bersudut lebar, khususnya jika memotret dari jarak dekat. Gunakan lensa zoom
untuk mendapatkan sudut tampilan atau komposisi sesusi keinginan. Setelah
menentukan sudut, Anda dapat mengganti dengan lensa primer untuk mendapatkan
gambar yang lebih jelas.
Kembang api biasanya meletus
di udara setelah lima detik sejak disulut. Oleh karena itu, Anda bisa
memperoleh foto kembang api yang bagus menggunakan pengaturan bukaan F8 hingga
F16 dan kecepatan ISO 100 hingga 200.
Untuk mengambil gambar
beberapa kembang api, setel kamera ke mode bulb, buka rana, dan tutupi lensa
dengan papan atau topi hitam. Kemudian, buka tutup lensa tepat saat kembang api
meletus. Dengan mengulang metode ini, Anda bisa memotret beberapa kembang api
dalam satu foto. Hindari penggunaan tudung lensa karena dapat menyebabkan
kamera sedikit bergerak dan akan membuat latar belakang kabur. Anda harus
menggunakan kabel pelepas saat mengaktifkan fitur bulb, karena ini akan
mencegah gerakan kamera.
Pengaturan AF (autofokus)
mungkin akan gagal memfokus pada kembang api, jadi gunakan MF (fokus manual)
untuk pengaturan fokus kamera. Karena lokasi meletusnya kembang api juga akan
sedikit berbeda, sebaiknya Anda menggunakan bukaan yang lebih kecil untuk
mendapatkan kedalaman bidang meskipun menggunakan fokus manual. Anda dapat
menggunakan mode otomatis untuk WB (imbangan putih), namun menggunakan mode
tungsten atau WB manual, atau menyetel nilai Kelvin (K) secara manual, dapat
menghasilkan warna latar belakang yang lebih baik dan lebih biru.
Tips fotografi 1: Anda bisa mendapatkan foto kembang api yang lebih jelas pada letusan awal, karena kembang api susulan biasanya sudah terkontaminasi asap sehingga hasil foto kurang bagus. |
Tips fotografi 2: Sebaiknya
jangan hanya memotret kembang api, dapatkan foto yang lebih bagus dengan
mengikutsertakan pemandangan kota sebagai latar belakang. Untuk melakukannya,
periksa pencahayaan untuk pemandangan kota terlebih dulu. Kemudian, potret
menggunakan fitur bulb. Anda dapat menggunakan papan untuk menutupi lensa
setelah pencahayaan cukup. Kemudian, buka lensa saat kembang api meletus untuk
memotret kembang api dengan pemandangan kota.
Esensi Fotografi Malam
Foto Interchange (IC)
■Ditulis
dan dipotret oleh Jungdae Kim (Nama pena: danny)
Faktor utama untuk memotret IC
di malam hari adalah ekor lampu kendaraan dan gemerlap lampu-lampu kota yang
sungguh indah. Untuk menyertakan seluruh IC di frame, Anda memerlukan lensa
bersudut lebar; dalam beberapa situasi, Anda mungkin memerlukan lensa mata
ikan. Tentu saja, sudut tampilan da komposisinya akan berbeda tergantung pada
area yang dipotret. Kisaran foto juga menjadi pertimbangan, dan banyak
fotografer seringkali menggunakan lensa primer standar. Untuk mendapatkan foto
yang bagus dengan ekor lampu kendaraan, Anda memerlukan kecepatan rana yang
lebih lama. Sehingga, Anda tidak perlu menambah sensitivitas, meskipun untuk
foto malam, dan dapat disetel hingga sekitar ISO 100. Secara umum, kecepatan
rana harus lebih dari 15 detik untuk mendapatkan ekor lampu yang cantik, jadi
bukaan harus disetel sedemikian rupa dengan memperhatikan kecepatan rana.
Seringkali, gambar diambil dengan pengaturan bukaan F8 hingga F16 atau lebih.
Bila perlu, kecepatan rana juga dapat ditambah menggunakan filter ND (neutral
density). Para penyuka fotografi malam senang memotret dalam kurun waktu
"waktu ajaib" - 30 menit sebelum dan sesudah matahari terbenam.
Kurun
waktu tersebut sungguh sangat cocok untuk memotret matahari terbenam dan
pemandangan malam. Namun, foto IC tidak harus selalu dipotret selama waktu
ajaib. Meskipun mungkin Anda mendapatkan warna yang lebih bagus selama waktu
ajaib, menurut saya waktu-waktu sesudahnya setelah langit gelap lebih cocok
untuk menjadikan IC sebagai subjek: Latar belakang yang gelap lebih dapat
menegaskan lampu kendaraan yang berwarna putih dan merah.
Saya lebih memilih
metode menekan rana separuh untuk fokus pada objek menggunakan AF daripada
beralih ke MF. Bila memungkinkan, gunakan kabel pelepas dan pilih WB manual dan
bukan WB auto atau setel nilai Kelvin (K) secara manual untuk mendapatkan foto
yang lebih bagus dan pemandangan malam yang luar biasa. Tips fotografi 1: Setel
WB ke manual dengan fokus pada garis tengah IC saat mobil melintas. Tersedia
banyak aksesoris untuk menyetel WB. Saya pribadi lebih sering menggunakan
"cakram imbangan putih" untuk menyetel WB dan memotret IC di malam
hari. Tips fotografi 2: Suasana foto berubah berdasarkan kecepatan rana.
Anda harus
memutuskan seberapa banyak ekor lampu kendaraan yang akan dipotret. Waktu rana
yang lama dapat membuat jalan raya dipenuhi banyak lampu, atau Anda dapat
menyederhanakan ekor lampu hanya dengan beberapa garis. Membandingkan kedua
foto akan membuat Anda lebih paham dengan karakteristik masing-masing dan
memberikan inspirasi.
Titik Fokus Lanskap Seoul
yang Baru
Pemandangan Hangang di Malam Hari
■Ditulis
dan dipotret oleh Yongmin Lee (Nama pena: mutro)
Orang lain biasanya
menyertakan gambar jembatan saat memotret pemandangan Hangang di malam hari.
Anda bisa mendapatkan foto yang bagus dan warna langit yang jelas dengan cara
memotret tepat sebelum atau sesudah matahari terbenam. Visibilitas, yang sangat
mempengaruhi fotografi, mungkin berbeda-beda tergantung kondisi cuaca, jadi
Anda harus selalu mempertimbangkannya.
Kondisi cuaca ketika saya memotret ini
yaitu saat langitnya terlalu cerah, sehingga kecepatan rana sangat tinggi. Hal
ini juga tidak cukup untuk memotret ekor lampu kendaraan yang melintas di
Jembatan Banghwa. Akhirnya, saya memperlambat kecepatan rana dari ISO 100
menjadi 50 untuk memotret ekor lampu mobil, namun sekaligus menggunakan bukaan
yang lebih kecil yaitu sekitar F13 untuk memotret gunung yang jauh. Dengan
menyetel kamera ke clear mode, saya juga berusaha menciptakan warna yang lebih
kuat di dalam foto.
Jembatan Banghwa
1. Lokasi: di tengah gunung sehingga terlihat ujung utara
Jembatan Banghwa
2. Tanggal & waktu: 16 Feb 2008 sekitar 18:30, tepat
sebelum matahari terbenam
3. Info pengaturan: 135 mm F2.0 Pengukuran cahaya:
Multi-bukaan: F13 Kecepatan Rana: 10 detik ISO: 50 Mode: Clear
Jika Anda memotret dalam kurun
periode antara matahari terbenam dan malam tiba, sebaiknya gunakan mode
tungsten karena masih tersisa warna yang agak kebiruan di langit. Pengaturan
kamera untuk pemandangan malam yang saya gunakan adalah mode tungsten, untuk
mendapatkan efek warna yang jernih dan kebiruan; pengaturan nilai Kelvin
manual; dan AWB (auto white balance) yang akan menghasilkan imbangan putih yang
bagus karena performa kamera semakin ditingkatkan. Untuk fokus, saya fokus pada
titik antara 1/3 hingga 1/2 dalam kisaran tengah (Untuk objek tanpa titik
tengah, saya fokus ke titik tengah dalam bayangan dan separuh yang disorot)
saat melihat ke jendela bidik. Dengan demikian, saya mendapatkan pencahayaan
yang tepat dengan kedalaman bidang dan gambar yang jernih secara keseluruhan.
Jembatan Sungsan
1. Lokasi: ujung sungai bagian utara Jembatan Sungsan
2. Tanggal & waktu: 8 Mar 2008 sekitar 19:00, tepat
setelah matahari terbenam
3. Info pengaturan: 50 mm F1.4 Pengukuran cahaya: Multi
bukaan: F11 kecepatan rana: 8 detik ISO: 100 Mode: Tungsten
Menyinari Bunga dengan
Cahaya
Foto Bunga Ceri Mekar di Malam Hari
■Ditulis
dan dipotret oleh Heonguk Son (Nama pena: Sonddadadak~)
MF 50 mm F1.4S/Mode pencahayaan: M/Bukaan: F8/Kecepatan rana: 10 detik/ISO: 100/Imbangan Putih: Nilai Kelvin 2780/pemotretan file RAW / sRGB |
Kesulitan saat memotret bunga
ceri di malam hari yaitu objek tidak diam, namun sedikit bergerak saat diterpa
angin. Oleh karena itu ujung cabang mungkin akan lebih kabur dibandingkan
bagian lain dalam foto jika menggunakan pencahayaan yang lebih lama. Ini
berarti Anda harus menambah ISO atau menggunakan bukaan yang lebih lebar untuk
menambah kecepatan rana.
Namun, jika Anda berusaha
mendapatkan gambar yang lebih jelas dengan objek seluruh cabang atau bunga yang
sedang mekar, pengaturan bukaan harus lebih kecil agar kedalaman bidang lebih
tinggi. Hasilnya, kecepatan rana akan lebih lama. Tentu saja, kedalaman bidang
akan lebih dalam jika Anda menggunakan lensa bersudut lebar.
Oleh karena itu,
Anda akan mendapatkan hasil dengan kedalaman bidang yang dalam, meskipun
pengaturan bukaan lebih rendah, dengan menggunakan lensa bersudut lebar dan
bukan lensa telefoto. Tergantung pada fokus oleh fotografer, nilai bukaan,
kecepatan rana dan pengaturan ISO juga bisa berbeda. Saya pribadi menggunakan
pengaturan ISO 100 untuk kualitas gambar, nilai bukaan F8 hingga 16 untuk
mendapatkan kedalaman bidang yang sesuai, dan kecepatan rana 10 hingga 15
detik. Selain itu, Anda harus sabar menunggu momen yang tenang tanpa hembusan
angin sehingga cabang bisa diam, karena waktu pencahayaan cukup lama.
Selama
periode Festival Bunga Ceri di Korea, biasanya pohon ceri disinari dengan
lampu. Oleh karena itu Anda harus teliti sehingga tidak ada "lubang"
putih pada foto karena ada bunga yang terlalu terang. Jika warna lampu berubah,
Anda dapat memotret beberapa kali untuk menciptakan foto dengan berbagai efek
dan suasana.
Jika menggunakan auto white
balance, Anda mungkin akan mendapatkan foto yang kurang memuaskan karena warna
foto berbeda pada setiap kali pemotretan meskipun pengaturan lainnya sama.
Setel nilai Kelvin secara manual untuk menetapkan suhu warna sebelum memotret
dapat menjadi langkah terbaik.
AAF 180 mm F2.8D ED/Mode pencahayaan: M/Bukaan: 11/Kecepatan rana: 15 detik/ISO: 100/ Imbangan Putih: Nilai Kelvin 2500/Pemotretan file RAW/sRGB |
Mengambil Foto Berekor di
Dalam Ruangan
Gerakan Pendulum
■Ditulis
dan dipotret oleh Heonguk Son (Nama pena: Sonddadadak)
MF 50 mm F1.4S/Mode pencahayaan: M/Bukaan: 16/Kecepatan rana: 246 detik/ISO: 100/ Imbangan Putih: Nilai Kelvin 3130/Pemotretan file RAW/sRGB |
Memotret gambar pola geometris
lampu menggunakan gerakan pendulum sungguh sangat menarik. Pertama, Anda
memerlukan benang dan senter mini (sebaiknya senter kecil dengan satu bohlam,
karena senter akan menjadi bandul), kamera, tripod, dan kabel pelepas. Pertama,
ikatkan 1-1,5 m benang ke ujung senter, kemudian ikatkan senter tersebut ke
langit-langit. Setel ketinggian tripod serendah mungkin, kemudian setel sudut
kamera dengan mengarahkan lensa kamera ke langit-langit.
Pastikan kamera
memiliki sudut tampilan yang tepat dengan memeriksanya melalui jendela bidik.
Setel bila perlu. Cobalah mencari bandul di tengah jendela bidik dan setel
fokus di ujung bandul. Kemudian, setel kamera ke MF. Setel kecepatan rana ke
mode bulb (B). Ingat, semakin besar bukaan, semakin tebal hasil garisnya, dan
sebaliknya – semakin kecil bukaan, semakin tipis hasil garis pada foto.
Sebaiknya Anda menyetel garis setipis mungkin menggunakan pengaturan bukaan,
karena jarak antar garis akan lebih sempit saat bandul menuju ke bagian tengah.
Untuk format, potret dengan file RAW kemudian ubah warna lampu dengan program
koreksi file RAW untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
AF-S 17-35 mm F2.8D ED/Mode pencahayaan: M/Bukaan: 16/Kecepatan rana: 340 detik/ISO: 100/Imbangan Putih: Nilai Kelvin 3130/Pemotretan file RAW/sRGB |
Setelah menghubungkan kabel
pelepas, matikan semua lampu sehingga ruangan benar-benar gelap, kemudian
hidupkan senter (bandul). Tarik bandul kemudian lepaskan, maka akan terbentu
gerakan linier. Namun, kali ini usahakan membuat gerakan melingkar dengan
mendorong bandul ke salah satu sisi supaya hasil foto bisa seperti gambar di
atas. Setelah terbentuk lingkaran dengan ukuran sesuai yang diinginkan, telah
kabel pelepas untuk mulai merekam. Jika bukaan disetel ke 16, pengaturan
pencahayaan sekitar 3 hingga 6 menit sudah cukup, dan Anda harus menentukan
pengaturan pencahayaan yang tepat dengan mengamati gerakan bandul. Ingat,
mungkin Anda harus mencoba beberapa kali hingga mendapatkan gambar yang
sempurna. Namun teruslah berusaha, dan pasti Anda akan berhasil.
Cahaya Ekor Lampu yang
Melintas
di Keheningan Malam
■Ditulis
dan dipotret oleh Minseok Son (Nama pena: hooligan)
Judul: Garis Lokasi: Jianjae, Hamyang-gun ISO100, F8, 30 detik |
Memotret ekor lampu dari
kendaraan yang melaju di sepanjang jalan di lereng gunung tanpa pencahayaan
buatan adalah esensi dari fotografi di malam hari. Khususnya jika jalan raya
tersebut memiliki belokan atau lereng turunan yang tajam, ekor lampu yang
tertangkap dalam foto malam memiliki kualitas dinamis yang jarang ditemukan
dalam foto malam.
Secara umum, mobil yang dikemudikan di jalan pegunungan yang
gelap cenderung berkecepatan rendah. Karena kecepatan rana maksimum yang
didukung oleh DSLR AV, mode TV dan M hanya selama 30 detik, fitur bulb dan
kabel pelepas harus digunakan untuk mendapatkan kecepatan rana lebih dari 30
detik, dan ini diperlukan untuk mendapatkan ekor lampu yang tanpa cela. Untuk
pilihan lensa, lensa sudut lebar lebih cocok daripada lensa telefoto untuk
menghasilkan efek ekor lampu yang lengkap, tanpa terputus. Ingat, lensa ultra
lebar – kurang dari 20 mm – akan menghasilkan ekor lampu yang lebih lebar dan
jelas pada foto.
Untuk pengaturan imbangan putih, sebaiknya pilih mode
fluorescent atau tungsten. Kontras yang jelas antara ekor lampu putih dan
langit yang gelap akan langsung menarik perhatian orang yang melihat. Juga
ingat bahwa warna ekor lampu akan lebih putih jika suhu warna turun, dan
usahakan menyetel WB ke mode fluorescent atau tungsten. Anda juga dapat
memeriksa beberapa hasil foto dan menerapkan beragam suhu warna yang berbeda.
Untuk pencahayaan, sebaiknya kurang pencahayaan akan lebih bagus. Dalam
beberapa situasi, mungkin Anda juga perlu menegaskan ekor lampu dengan
mempergelap latar belakang agar kualitas gerakan mobil lebih dinamis dengan
langit yang gelap.
Oleh karena itu, Anda harus mengetahui bagaimana cara
menonjolkan ekor lampu dibandingkan latar belakang dan menerapkan kompensasi
pencahayaan yang lebih gelap 1 hingga 2 stop, dan bukan hanya mengandalkan
nilai pencahayaan optimal. Dengan memperhatikan sifat pemotretan, sebaiknya
Anda mengajak dua atau tiga teman daripada memotret sendirian. Menemukan mobil
yang melintas di jalan pegunungan di tengah malam cukup sulit, jadi mungkin
Anda harus mengemudikan sendiri mobil Anda dan kemudian memotretnya daripada
menunggu ada mobil yang melintas. Jika Anda membawa teman yang dapat menekan
kabel pelepas saat Anda mengemudi, makan juga menjadi ide yang bagus.
Pastikan
sebelumnya Anda mengecek pola gerakan dan komposisi foto. Menemukan komposisi
yang tepat dalam kegelapan hanya dengan mengandalkan indera bukanlah tugas yang
mudah. Sebaiknya Anda memeriksa lokasi sebelum matahari terbenam untuk mengecek
beberapa pola gerakan dan menentukan bagaimana dan di mana lokasi ekor lampu
mobil yang akan dipotret.
Judul: Menikmati Keheningan Lokasi: Jalur Motor Lokal Nonsan hingga Wanju ISO100, F8, 221 detik |
Klimaks
Lanskap Kota di Malam Hari
Gedung
■Ditulis
dan dipotret oleh Yui-jeong Choi (Nama pena: hongdangmu)
M mode/ISO: 100/F8 6 detik/Imbangan Putih: Pengaturan nilai Kelvin/Gambar diambil dalam sRGB jpeg/Kompensasi: 8211/Ketajaman dan keseimbangan warna diedit dengan Photoshop |
Salah satu keuntungan memotret
di malam hari adalah foto lampu kota yang gemerlapan. Jika cuaca mendukung dan
Anda bahkan dapat melihat awan melintas di atas kota yang gemerlap, mungkin
Anda merasa seperti dapat memotret semuanya, termasuk pemandangan kota di malam
hari, sungai, dan jalan raya dengan lampu mobil yang bergerak.
Namun, sekalipun
cuaca buruk, jangan keluar rumah tanpa membawa kamera dan tripod. Lebih baik
Anda bersiap daripada kecewa jika memiliki kesempatan namun terbuang sia-sia.
Memotret gedung-gedung tinggi di Seoul di malam hari tidak semudah
kedengarannya.
Meskipun Anda dapat naik ke gunung yang tinggi, kadang Anda
masih harus naik ke atap gedung yang tinggi untuk menemukan objek yang tepat
dan menciptakan komposisi yang unik dan menarik. Sebaiknya Anda naik ke atap
gedung setelah mendapatkan izin dari manajer gedung. Secara umum, Anda harus
menggunakan ISO paling rendah saat memotret, dengan pengaturan bukaan F8 hingga
13. Saat memotret gedung yang gemerlap, sebaiknya setel kecepatan rana mulai
2-6 detik menjadi 8-13 detik. Untuk mencegah gerakan kamera, selalu gunakan
kabel pelepas dan juga pengaturan kunci cermin untuk mencegah guncangan cermin.
Untuk mengekspresikan efek lampu yang jernih dan tegas, saya menggunakan clear
mode di kamera. Saya juga sering menggunakan lensa mata ikan dengan sudut
tampilan ekstrim karena memiliki karakteristik dan efek yang unik. Jika objek
yang akan dipotret terlalu dekat dan sudah tidak bisa mundur, berarti saatnya
menggunakan lensa mata ikan untuk memotret objek tersebut tanpa mengorbankan
apa pun. Sungguh sangat memuaskan.
Beberapa orang menghindari lensa ini karena
menimbulkan distorsi, namun saya suka dengan efeknya yang menarik. Salah satu
keunggulannya yaitu memungkinkan konfigurasi ulang pada objek yang dipotret
menggunakan lensa selain mata ikan. Seperti pada gambar di atas, gedung yang
tinggi atau beberapa objek dapat termuat dalam satu foto, ini adalah salah satu
keunggulan lain lensa ini.
Jika Anda memotret gedung yang gemerlap, maka tidak
perlu menggunakan pencahayaan yang lama. Karena suasananya gelap saat mengambil
foto ini, saya menggunakan kecepatan rana yang lambat untuk membuat langit
menjadi lebih terang.
0 Response to "Memotret Malam Hari"
Post a Comment