Keturunan Ideal






Pilih Perempuan yang Punya Agama






Ilustrasi






Oleh: Makmun Nawawi


Suatu
malam, ketika Umar bin Khattab sedang meronda dan ingin mengetahui kondisi
rakyatnya, ia mendengar seorang wanita berkata kepada putrinya. “Bangun dan
bergegaslah ke (tempat) susu, campurkan air ke dalamnya.”




Mendengar
hal itu, putrinya menjawab, “Ibu, tidakkah Ibu tahu ketetapan Amirul Mukminin?”







Ibunya
berkata, “Bukan, itu bukan ketetapan Amirul Mukminin.”





Atas
hal itu, putrinya berkata, “Justru itu perkara yang diserukannya. Ia mengimbau,
janganlah mencampur susu dengan air.”





Namun
sang ibu tetap ngotot. “Bergegaslah ke (tempat) susu, campurkan air ke
dalamnya. Karena engkau berada di tempat yang tak dilihat Umar dan ia juga
tidak menyerukannya.”





Spontan
putrinya menjawab, “Ibu, jika Umar tidak tahu, tapi Tuhan Umar tahu. Tidak, aku
tidak mau taat pada-Nya hanya dalam keramaian saja, tetapi maksiat dalam
kesendirian.”





Maka
begitu tiba waktu pagi, Umar berkata kepada anaknya, Ashim. “Pergilah ke rumah
itu karena di sana ada seorang gadis. Jika belum bersuami, nikahilah ia. Semoga
Allah menganugerahimu keturunan yang diberkahi.”
Setelah mengetahuinya
statusnya, Ashim pun melamar gadis itu dan menikahinya.





Benar
saja, setelah Ashim menikahi perempuan itu, ia dikaruniai seorang anak yang
bernama Ummu Ashim (Laila). Setelah dewasa, anak itu dinikahi oleh Abdul Aziz
bin Marwan. Dan, hasil dari pernikahan Abdul Aziz dan Ummu Ashim ini, lahirlah
Umar bin Abdul Aziz, yang dikenal sebagai seorang pemimpin yang adil.





Dari
kisah tersebut, kita melihat bagaimana Umar bin Khattab memilih calon
menantunya. Bukan melirik keturunan, kedudukan, apalagi kekayaan, melainkan
agamanya, sekalipun ia seorang yang miskin. Seperti pesan Nabi SAW, “Pilihlah
perempuan yang mempunyai agama, niscaya engkau beruntung.”





Umar
sangat terkesan dengan kualitas keimanan gadis itu sehingga ia menjadikan anak
itu sebagai pasangan untuk anaknya.





Apa
yang dilakukan Umar ini merupakan langkah paling dini untuk meretas keturunan
ideal dan generasi rabbani, yaitu memilih calon ibu yang salehah, paham akan
hak Rabb-nya, hak suaminya, hak anak-anaknya, mengerti akan misinya dalam
kehidupan.





Hari-hari
belakangan ini, kita sering menyaksikan bagaimana pernikahan atau memilih calon
menantu hanya dilandasi karena gengsi dan mengejar popularitas. Sementara
kriteria agama diletakkan pada urutan terakhir, bahkan acap kali diabaikan.





Calon
mertua amat bangga bila besannya memiliki sejumlah barang yang mewah dan
perhiasan berlimpah kendati akhlak menantunya luput dari perhatiannya. Senada
dengan orang tuanya, calon pengantin pun memiliki parameter yang sama.





Memang,
kriteria harta, kecantikan, ketampanan, dan keturunan merupakan perkara yang
dianjurkan oleh Rasulullah. Namun, jika mengabaikan pertimbangan agama, semua
itu ibarat angka nol yang berjejer tiga, tak memiliki nilai sama sekali. Namun,
begitu ditambah dengan angka satu, yakni kualitas agamanya, angka nol itu pun
berubah menjadi seribu. Wallahu a’lam.





0 Response to "Keturunan Ideal"

Post a Comment